CIRI-CIRI ANAK DURHAKA (BIRRUL WALIDAIN WA 'UQUUQUUL WALIDAIN)


CIRI-CIRI ANAK DURHAKA

_Bismillaah_

BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua) merupakan kewajiban setiap orang.
Banyak sekali Ayat Al-Qur'an serta hadits yang menyuruh kita berbakti kepada kedua orang tua dan haram durhaka terhadap mereka.

Dalam surat An-Nisa : 36, Al-Isro : 23-24, Luqman : 14-15 dan banyak lagi, Allah SWT selalu menyandarkan antara perintah beribadah kepada-Nya dengan melakukan yang baik kepada kedua orang tua.
Ini menunjukkan sangat mulianya derajat orang tuamata Islam. Seorang anak wajib mengungkapkan rasa hormat, wajib berbakti kepada orang tuanya, dan tidak boleh durhaka.
Semua orang pastilah seorang anak, namun tak semua orang menjadi orang tua.

Seorang Ibu mengandung anaknya dalam keadaan lelah, sulit, yang kian bertambah. Saat melahirkan, tak jarang yang meregang karena melahirkan, sakitnya melahirkan umpama di seluruh kulit dikelupaskan dari dagingnya. Ditakdirkan keduanya selamat, derita seorang ibu tak cukup lahir. Dia sampai menyusui lupa makan dan tidur. Ibu menjaga dengan jiwa raga dan kasih sayang agar anaknya terhindar dari penderitaan. Ketika anaknya sedang sakit, ibu réla meréngék meneteskan tangisan kepada Sang Penyembuh, sekiranya mungkin, pindahkan penyakit anaknya pada dirinya (ibu). Menginjak remaja, ibu bertanggungjawab mendidiknya sedini mungkin.




Ayah harus kerja keras banting tulang demi menafkahi, membiayai kehidupan dan pendidikan anaknya. Tak peduli lelah, tak peduli keringat bercucuran membanjiri badan, tak peduli makian majikan, tak peduli peduli sedih, tak peduli kaki patah terkilir, tak peduli tangan bernanah, sampai wajah berlumuran darah. Semua demi kebahagiaan istri dan anak yang menjadi pamrihnya.

Sekiranya 10 gunung emas yang kita miliki dan kita berikan untuk membayar semua pengorbanan orang tua untuk kita, tentulah jauh dari sepadan.


'UQUUQUL WALIDAIN (Durhaka Kepada Orang Tua)
hal yang sangat terlarang. Termasuk dosa besar, seorang anak mendurhakai orangtuanya.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul 'Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu 'anhu, telah dibacakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
أُنَبِّئُكُم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ : أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ
 
    "Maukah aku nilaikan sebesar-besar yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, 'Baiklah, ya Rasulullah', Doa Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan kebohongan”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam ”. [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87] 
 
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepada kedua orang tua). 
Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa diantara dosa-dosa besar menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, sumpah palsu [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555]. 

Kemudian dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya [Riwayat Riwayat Imam Bukhari] Dari Mughirah bin Syu'bah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ اْللأَمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ اْلبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَشْرَةَ اْلسُّؤَالِ، إِضَاعَةَ اْلمَالِ
    “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak-anak hidup, dan Allah mencintai banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)”.
[Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912]]

Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang anak melakukan durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang melakukan durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana hadits dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌ وَلاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلاَ مُكَذِّبٌ باْلقَدَرِ
    “Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar”.
[Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahihnya 675] 

Diantara bentuk durhaka (uquq) adalah : 

  1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
  2. Berkata 'ah' dan tidak memenuhi panggilan orang tua. 
  3. Membentak atau menghardik orang tua. 
  4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan hal lain dari mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan. 
  5. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, wajibkan orang tua, mengatakan bodoh, 'kolot' dan lain-lain. 
  6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika 'Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
  7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
  8. Mendahulukan taat kepada istri dari orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi kemauan istrinya. Na'udzubillah.
  9. Malu mengakui orang tuanya. sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan untuk kedua orang tua. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan berbuat kepada kedua orang tua dengan orang lain. Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua akan dirasakan di dunia.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.
مَا مِنْ ذَنْبِ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُلَهُ فِى اْلآخِرَةِ مِنَ اْلبَغْىِ و قَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
    "Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahmi”.
[Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No. 23), Abu Dawud (4902) ), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211). Ahmad 5/36 & 38, Hakim 2/356 & 4/162-163, Tirmidzi berkata, “Hadits Hasan Shahih”, kata Al-Hakim, 'Shahih Sanadnya”,
 
Imam Dzahabi menyetujuinya dalam hadits lain yang dikatakan.
بَابَانِ مُعَجَّلاَنِ عُقُو بَتُهُمَا فِى الدُّنْيَا الْبَغْىُ وَ الْعُقُوقُ
Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya (siksanya) di dunia yaitu berbuat zhalim dan al'uquq (durhaka kepdada orang tua)”/
[Hadits Riwayat Hakim 4/177 dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu]

Keridhoan orang tua harus kita dahulukan dari keridhoan istri dan anak. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan anak yang durhaka akan diadzab di dunia dan akhirat serta tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihatnya di hari-hari berikutnya. Sedangkan dalam lafadz yang lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad dan juga yang lainnya, dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu berkata, 'Telah berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
ثَلاَثَةٌ لاَ يَدْ خُلُونَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ : اْلعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ اَلْمُتَشَبِّهَةُ بِالرِّجَالِ والدُّيُوثُ
"Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka di hari-hari seperti anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang membiarkan adanya kejelekan (zina) dalamnya”.
[Hadits Riwayat Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134]
   
Jadi, salah satu yang menyebabkan seseorang tidak masuk surga adalah durhaka kepada kedua orang tuanya. Dapat kita lihat bahwa orang yang durhaka hidupnya tidak berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka kekayaannya tidak akan bahagia.

Jika ada seorang anak yang durhaka kepada orang tua kedua kemudian orang tua kedua tersebut mendo'akan kejelekan, maka do'a kedua orang tua tersebut dapat dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu ', 'Telah berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda Sebab:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَشَكِّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُاْلوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
"Ada tiga do'a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala -yang tidak diragukan tentang do'a ini-, yang pertama yaitu do'a kedua orang tua terhadap anaknya yang kedua do'a yang musafir -yang sedang dalam perjalanan -, yang ketiga do'a orang yang dizhalimi”.
[Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabaul Mufrad, Abu Dawud, dan Tirmidzi]

Sedangkan sebab-sebab anak durhaka kepada orang tua adalah : 
  • Karena Kecurangan Jeleknya pendidikan orang tua dalam mendidik anak Paradok,
  • orang tua menyuruh anak berbuat baik tapi orang tua tidak berbuat baik. 
  • Bapak dan ibunya dahulu pernah durhaka orang tua sehingga dibalas oleh anaknya. 
  • Orang tua tidak membantu anak dalam kebaikan
  • Jeleknya akhlak istri. 
Lihat Video kami :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bullying (Perundungan) Dalam Perspektif Islam

TA'JIYYAH / TAHNIAH??

TARBIYYATUN NISAA